Jumat, 22 Februari 2019

MENANG TANPA BERKATA


By: Agni Ardi Pratama
03022019-Yogyakarta

1 Petrus 3:1-2

juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.

Shalom,
Apakabar Saudara? semoga awal bulan Februari ini Kita lebih bersemangat untuk menjadi agen-agen Kristus di bumi. Kalau menonton televisi, YouTube, dan berita online, kita dapati suasana yang seru untuk ditonton namun menggelisahkan juga. Kenapa seru? ya, karena pada dasarnya manusia suka menikmati keributan orang lain. Itulah sebabnya film-film banyak menayangkan adegan perkelahian, kekerasan dan hal-hal berbau anarkis lainnya. Namun mengapa menggelisahkan? pendapat saya pribadi, kalau banyak orang mengaku beragama tetapi menyukai bahkan menjadi pecandu tontonan-tontonan yang seperti itu berarti ada yang tidak beres dengan pemahaman agama kita. Media menyuguhkan para publik figur bahkan tokoh agama. Mereka seolah diadu menunjukkan kepandaian beretorika, yang pandai dan logis mengolah lidah dia bisa dikatakan menang jika mampu membungkam lawan bicaranya, walaupun belum tentu benar.

Hmmm... lalu apa relevansinya dengan ayat di atas?

Kalau kita cermati, ayat di atas adalah nasihat rasul Petrus secara khusus ditujukan untuk para isteri. Di zaman para rasul, isteri-isteri dianggap pihak yang harus menuruti aturan yang dibuat oleh suaminya. Hal ini terpengaruh dari kultur saat itu. Masyarakat Kristen atau jemaat mula-mula berada di bawah kekuasaan Romawi yang menjalankan sistem Patriach. Walaupun sebenarnya jauh sebelum Romawi menjajah mereka, leluhur Israel dan Yahudi memang sudah terbiasa dengan sistem itu. Apa akibatnya? di ayat 1 kita bisa melihat gejala bahwa kalau isteri berada dibawah otoritas suami, maka apabila suaminya "nakal" akan sulit memperingatkannya dengan teguran berupa kata-kata. Oleh karena itu rasul Petrus yang dipenuhi Roh Kudus menuliskan solusi dari permasalahan pelik ini. Untuk memberikan teguran kepada yang lebih "kuat", para wanita diintruksikan untuk menahan mengumbar kata saja melainkan dengan keteladanan hidup saleh yang berpedoman pada Firman Tuhan.

Di masa kini, tentunya jurus tersebut masih berlaku. Secara khusus dalam kehidupan rumah tangga, dalam tataran yang lebih luas bisa juga diaplikasikan kepada orang percaya yang lebih minoritas di daerahnya. Karena minoritas biasanya sukar diterima suaranya oleh mayoritas. Oleh sebab itu Kita bisa memenangkan para mayoritas dengan kelakuan saleh dalam hidup sehari-hari. Sehingga orang percaya juga tidak terkenal pandai beretorika belaka, tetapi ahli juga dalam menerapkan Firman-Nya. Jadi, berani mencoba jurus ini?

Tuhan Yesus memberkati :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar