Kamis, 30 Mei 2019

TANGGAPAN BERITA: “HOMESCHOOLING PRIMAGAMA BUKA PENDAFTARAN SISWA BARU”


Tanggapan by: Agni Ardi Pratama
Yogyakarta, 24 mei 2019
Sumber: Surat kabar Kedaulatan Rakyat, kolom Kulonprogo-Gunungkidul, Kamis Legi, 16 Mei 2019. Halaman 4.

Isi berita:

Wonosari (KR) – Lembaga Pendidikan nonformal ‘Homeschooling Primagama’ (HPSG) menyambut tahun ajaran baru 2019/2020 membuka pendaftaran bagi siswa baru. HPSG menawarkan beberapa program mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA, Cambridge International Examination (CIE), serta Program Inklusi. Pendaftaran telah dimulai sejak awal April hingga 15 Juli 2019.

Ada 4 sistem kelas yang ditawarkan HPSG yaitu kelas Individu, Kelas Komunitas, Distance Learning Class (Kelas Jarak Jauh), dan kelas Nonpendampingan. Sistem belajar ini memungkinkan siswa belajar dengan waktu yang fleksibel, terlebih bagi siswa dengan kegiatan yang padat seperti atlet, model, penari dan lain-lain.

Selain itu, HPSG juga membuka Program Inklusi. Ini merupakan program bagi siswa yang memiliki hambatan secara khusus seperti hiperaktif, depresi dan autisme. Penanganan yang diberikan adalah pengembangan program inklusi melalui 3 bentuk di antaranya adalah Terapi (treatment  yang disesuaikan dengan hambatan siswa), Bina Diri (melatih kemandirian dalam kehidupan sehari-hari), dan Kognitif (pengembangan cara dan metode belajar hingga daya tangkap siswa). Para siswa juga diberikan konsultasi dan layanan psikologi dalam pengembangan hambatan-hambatan.

Direktur HPSG Ir Kusnanto MM dalam siaran persnya kepada KR, Rabu (15/5), mengatakan pengembangan minat dan bakat melalui Program Vokasi berupa pengembangan Bahasa Inggris (IELTS dan TOEFL), Teknologi Informasi (IT), Cooking Class, Science, serta Music (Ensemble and Band) mulai dari basic, intermediate hingga advance level. “Beberapa kegiatan penunjang juga diselenggarakan seperti field trip, outbond, home visit, dan life skill education,” ujarnya.

Kusnanto mengatakan, program vokasi merupakan program yang lebih ditekankan pada pengembangan aspek ketrampilan yang diselenggarakan dengan harapan nantinya peserta didik HSPG di samping mendapatkan ijazah kelulusan dan SHUN, mereka juga mendapatkan sertifikat kompetensi sesuai pilihannya. “Sehingga kelak peserta didik HSPG dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau dunia kerja,” terangnya.

Dijelaskan,  dewasa ini HSPG semakin diminati masyarakat karena layanan dan program yang ditawarkan dapat mengakomodir keunikan dan kebutuhan para siswa.
“HSPG yang merupakan Pendidikan nonformal hadir sebagai pengiring dan pendamping sekolah formal, sehingga kami dapat melayani dan memfasilitasi para peserta didik yang tidak tertampung di sekolah formal maupun karena alasan tertentu yang mengharuskan peserta didik memilih pendidikan di HSPG,”tambahnya. (Rar)-f

Tanggapan:

Shalom,
Membaca berita di atas seolah saya kembali ke masa SMP dulu, tepatnya kelas 3 SMP. Suasana batin penduduk kelas terasa berbeda daripada ketika masih di  kelas 1 dan 2, mungkin sedikit saja yang tidak terpengaruh. Terpengaruh apa? Tekanan untuk bisa lulus Ujian Nasional dengan nilai minimal Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris masing-masing 4 atau malah 6 (saya lupa tepatnya). Apabila nilai kurang dari standar yang dibuat KEMENDIKBUD tersebut, berarti gagal lulus. Dan waktu itu gengsi kelas kami begitu besar, karena sekolah menganggap kelas kami khusus (kumpulan siswa pintar). Sehingga sudah ada kekhawatiran malu tingkat dewa, jika kelas A dan C tetangga kami banyak yang lulus.
Kesibukan guru-guru bertambah, otomatis siswa juga. Hampir setiap hari sepulang sekolah, diadakan les tambahan. Fokusnya mata pelajaran UNAS. Membahas soal-soal dari tahun sebelumnya. Pada awalnya cukup bersemangat, tetapi lama-lama siswa banyak yang bolos les tambahan. Alasannya lelah dan jenuh. Termasuk saya, yang tidak tergolong pintar hahha… :D

Sampai akhirnya saya menyadari, bahwa rasanya banyak waktu dan ilmu yang terbuang di bangku sekolah SMP. Di STM, tidak telalu sih karena banyak praktik daripada teori. Yang dikejar adalah gengsi dan nilai. Mungkin ada juga yang merasa telah mendapatkan ilmu dan bisa digunakan terus sampai dewasa. Percaya saja ada. Tapi kecenderungan masyarakat kita ini lebih suka pamer ranking dan gelar yang mentereng supaya dilihat pintar. Jadi datang ke sekolah dari pagi sampai kadang malam, rajin mengerjakan PR itu seperti formalitas belaka. Ujung-ujungnya tetap les tambahan kalau mau Ujian Nasional. Padahal sewaktu les itu, banyak yang mulai dari nol. Seandainya tahu begitu dan diperbolehkan mungkin saya akan masuk saat les tambahan pelajaran saja. Toh, yang paling penting di waktu dulu, hanya “itu” kan? Berbeda dengan sekarang, UNAS tidak lagi menentukan kelulusan tapi berdasarkan Ujian dari Sekolah. Hasilnya? hasilnya hampir sama, banyak waktu yang terbuang sia-sia tetapi tidak menimbulkan stress dan kelelahan.

Nah… sepintas memahami berita yang memuat mengenai Home Schooling yang diselenggarakan Primagama. Pendapat saya pribadi, ini merupakan pemikiran yang visioner. Dimana Primagama dahulu terkenal sebagai tempat les yang menghasilkan orang-orang cerdas dalam waktu singkat. Walaupun inputnya menurut saya banyak yang secara IQ, tadinya biasa atau malah kurang dari rata-rata (hasil pengamatan ke teman-teman). Saya belum pernah mencoba cara belajar HPSG ini, tapi melihat produk jasa yang ditawarkan saya optimis sistem dan caranya akan banyak ditiru dan diminati oleh banyak orang (orang tua siswa dan siswa).
Dan yang terpenting tidak menghabiskan waktu untuk mendengarkan materi-materi yang tidak perlu, namun sesuai kebutuhan masing-masing siswa. Sesuai bakat minatnya.

Apakah bertentangan dengan ajaran Kristen, atau lebih tepatnya filsafat pendidikan Kristen? Tidak. Karena manusia hidup harus mengerjakan bagiannya masing-masing sesuai kehendak-Nya. Untuk memuliakan Tuhan dan bukan untuk kepentingan diri sendiri. Malah jika sistem sekolah formal yang dipakai sekarang ini di Indonesia, saya pikir itu yang bertentangan. Mendorong siswa untuk berkompetisi selama sekolah dan akhirnya sifat ini terbawa ketika mencari kerja dan bekerja. Sebagai pendalaman, Sodara bisa membaca Alkitab di dalam kitab Efesus 1:11.
Membuang waktu bukan hanya yang menurut manusia seperti banyak nongkrong ataupun malas-malasan di tempat tidur. Tetapi juga melakukan hal yang di mata banyak orang serius yang dianggap normal di masyarakat tetapi tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Termasuk sekolah yang sistemnya mengakibatkan penyimpangan dari kehendak Tuhan.
Bagaimana dengan pendapat Sodara?

Tuhan Yesus memberkati :)

Rabu, 20 Maret 2019

ORANG PERCAYA DAN HUJAN


Yogyakarta, 19 Maret 2019
By: Agni Ardi Pratama

Ayub 38:28
"Apakah hujan itu berayah? Atau siapakah yang menyebabkan lahirnya titik air embun?"

Shalom,
Manusia adalah makhluk yang dikaruniai kemampuan memberikan respon, baik untuk yang tampak maupun yang tidak tampak. Tampak itu bisa kita lihat, dengar, dan rasakan. Sebaliknya respon yang tidak tampak tidak bisa didengar, dilihat, namun bisa ditangkap dengan 'rasa'. Rasa yang berbeda dengan kategori rasa lidah (manis, asam, asin, pahit, gurih).

Nah, salah satu hal yang tidak luput dari respon manusia adalah hujan (hujan air mentah). Saat musim panas menyengat bumi dan seisinya, kita merespon. Tetapi jarang yang merespon dengan berkata "wah aku senang sekali, terimakasih Tuhan untuk cuaca yang begitu terik ini. Meskipun sumurku mengering dan rumput untuk kambing-kambing juga tidak ada." Begitupun respon yang kita lontarkan ketika hujan turun sepanjang hari.

Komunitas yang paling khawatir dan menolak lahirnya hujan adalah komunitas yang rajin menyelenggarakan acara. Lucunya, komunitas orang percaya termasuk di dalamnya. Coba Saudara ingat-ingat ketika menjadi panitia Natal atau Paskah di suatu gereja. Baik sudah ingat....? Kalau belum jangan dipaksa hehe. Ketika rencana hari diadakannya acara sudah 'diketok', panitia akan memanjatkan doa. Nah... doanya itu supaya acara lancar. Supaya lancar, bersama-sama memohon kepada Tuhan salah satunya agar tidak turun hujan. Kalau hujan turun panitia khawatir banyak tamu undangan tidak datang, apalagi kalau konsep acaranya exdoor ditakutkan bubar.

Jadi, komunitas orang percaya berdoa menolak hujan karena khawatir. Orang percaya loh. Hujan itu karya siapa? Yang berhak menentukan turun atau tidak itu siapa?  Katanya jadilah kehendakNya.

Tapi saya tidak memaksa, semua kembali ke Saudara sendiri. Karena bisa jadi, Saudara tidak siap jika kehendak Tuhan yang jadi hehe... Saya pun masih belajar, karena kadang sering begitu.

Tuhan Yesus memberkati :)

Jumat, 22 Februari 2019

MENANG TANPA BERKATA


By: Agni Ardi Pratama
03022019-Yogyakarta

1 Petrus 3:1-2

juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.

Shalom,
Apakabar Saudara? semoga awal bulan Februari ini Kita lebih bersemangat untuk menjadi agen-agen Kristus di bumi. Kalau menonton televisi, YouTube, dan berita online, kita dapati suasana yang seru untuk ditonton namun menggelisahkan juga. Kenapa seru? ya, karena pada dasarnya manusia suka menikmati keributan orang lain. Itulah sebabnya film-film banyak menayangkan adegan perkelahian, kekerasan dan hal-hal berbau anarkis lainnya. Namun mengapa menggelisahkan? pendapat saya pribadi, kalau banyak orang mengaku beragama tetapi menyukai bahkan menjadi pecandu tontonan-tontonan yang seperti itu berarti ada yang tidak beres dengan pemahaman agama kita. Media menyuguhkan para publik figur bahkan tokoh agama. Mereka seolah diadu menunjukkan kepandaian beretorika, yang pandai dan logis mengolah lidah dia bisa dikatakan menang jika mampu membungkam lawan bicaranya, walaupun belum tentu benar.

Hmmm... lalu apa relevansinya dengan ayat di atas?

Kalau kita cermati, ayat di atas adalah nasihat rasul Petrus secara khusus ditujukan untuk para isteri. Di zaman para rasul, isteri-isteri dianggap pihak yang harus menuruti aturan yang dibuat oleh suaminya. Hal ini terpengaruh dari kultur saat itu. Masyarakat Kristen atau jemaat mula-mula berada di bawah kekuasaan Romawi yang menjalankan sistem Patriach. Walaupun sebenarnya jauh sebelum Romawi menjajah mereka, leluhur Israel dan Yahudi memang sudah terbiasa dengan sistem itu. Apa akibatnya? di ayat 1 kita bisa melihat gejala bahwa kalau isteri berada dibawah otoritas suami, maka apabila suaminya "nakal" akan sulit memperingatkannya dengan teguran berupa kata-kata. Oleh karena itu rasul Petrus yang dipenuhi Roh Kudus menuliskan solusi dari permasalahan pelik ini. Untuk memberikan teguran kepada yang lebih "kuat", para wanita diintruksikan untuk menahan mengumbar kata saja melainkan dengan keteladanan hidup saleh yang berpedoman pada Firman Tuhan.

Di masa kini, tentunya jurus tersebut masih berlaku. Secara khusus dalam kehidupan rumah tangga, dalam tataran yang lebih luas bisa juga diaplikasikan kepada orang percaya yang lebih minoritas di daerahnya. Karena minoritas biasanya sukar diterima suaranya oleh mayoritas. Oleh sebab itu Kita bisa memenangkan para mayoritas dengan kelakuan saleh dalam hidup sehari-hari. Sehingga orang percaya juga tidak terkenal pandai beretorika belaka, tetapi ahli juga dalam menerapkan Firman-Nya. Jadi, berani mencoba jurus ini?

Tuhan Yesus memberkati :)

Rabu, 19 Desember 2018

SETAN DALAM GEREJA?


By: Agni Ardi Pratama
18 December 2018


Lukas 4:33-34 (TB) 
Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras:
"Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah."

Shalom,
     Hari ini masih dalam suasana Natal, mudah-mudahan teman-teman semua dalam keadaan sehat walafiat dan penuh sukacita. Yogyakarta khususnya daerah sekitar Ukrim terus terang agak sepi tanpa kehadiran kalian. Sebagai 'penjaga' Jogja, doa saya, semoga walaupun di kampung halaman susah sinyal namun tergantikan dengan kehangatan silaturahmi dengan bapak, mamak, adik, kakak dan teman-teman masa kecil yang sudah tidak imut lagi. Biarlah HP pintarmu itu cuti sebentar yaa...biar nggak cepet stroke dia :)

Karena sepi itulah, yang akhirnya menginspirasi saya menuliskan mengenai hal yang berbau horor. Bukan tentang penampakan di kampus Ukrim maupun kamar mandi Sttii. Biarlah para kuntilanak dan pocong-pocong bermain di sana tanpa gangguan dari kita.

Eh..iya saya beritahu ya, para makhluk itu sensitif dan biasanya kalau mereka nggak benar-benar sibuk mereka akan datang kalau kita bicarakan atau pikirkan jrenggg... Tapi jangan takut, sadarlah kita ini milik Tuhan. Takutlah kalau kamu masih menghamba pada yang di luar Tuhan Penciptamu. Sedikit petunjuk, bernafaslah dengan santai sebelum membaca lebih lanjut..

Saudara dan teman-temanku, mungkin sebagian besar dari kita pernah punya pertanyaan begini, "Apakah di dalam Gereja ada setan? atau Apakah saat kebaktian ada setan yang ikut nimbrung?"

Kita akan jawab dari catatan Alkitab yang berkaitan dengan pertanyaan di atas. Lukas 4:33-34, itulah jawabannya.

Ayat 33 memberitahukan bahwa ketika Tuhan Yesus mengajar di dalam rumah ibadat, salah seorang pendengarnya ada yang berteriak karena kerasukan setan. Rupanya setan ini kurang berbakat dibanding atasannya yang mencobai Yesus di padang gurun (info: atasannya juga sudah kalah telak, ketika Yesus disalib, mati, dan bangkit)

Mereka gemetar ketakutan, sebab yang dilihat dan didengarnya ternyata bukan guru kaleng-kaleng. Berarti sebelum Yesus datang setan ini juga terbiasa berjamaah bersama orang-orang saleh lainnya?  Saya yakin jawabannya iya, alasannya, Yesus belum mengusir setan sebelumnya. Jadi jemaah di Kapernaum belum mengenal Yesus, sehingga tidak mungkin secara sengaja setan yang merasuki itu datang untuk cari gara-gara dengan Yesus. Yesus sangat ditakuti para setan karena Yesus bisa membinasakan mereka (lihat ayat 34).

Sebagai tambahan coba saudara renungkan, setan itu roh bukan? Dan yang bisa membinasakan roh itu siapa?
Penghulu malaikat yang bernama Mikhael saja tidak bisa. Jadi Yesus lebih hebat dari penghulu malaikat?
Dalam bagian kitab lain di dalam Perjanjian Baru yang dituliskan oleh rasul-Nya menyatakan bahwa jangan takut kepada mereka yang bisa membinasakan tubuh/daging tetapi takutlah akan Dia yang bisa membinasakan baik daging maupun roh.
Kalau begitu, siapa Yesus?

Sebagai penutup, berdasarkan apa yang sejarah catatkan. Setan ada di dalam Gereja, dan mereka hanya gemetar kalau di dalam Gereja ada Yesus.

Apakah di gereja Saudara ada Yesus?

Shalom

MENDIDIK UNTUK BERIMAJINASI


By: Dr. Markus Budiraharjo, Med
Dosen Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Sumber: Kolom Opini, Kedaulatan Rakyat, 9 Juli 2018. Hal. 11.

Diprediksi bahwa 85% pekerjaan pada tahun 2030 belum ada saat ini. Artinya, dalam waktu 12 tahun ke depan, jenis-jenis pekerjaan tertentu akan hilang, dan jenis-jenis pekerjaan baru akan bermunculan. Pekerjaan rutin dan teknis akan tergantikan oleh aplikasi.

Tahun lalu, untuk mendapatkan tiket bioskop, kita masih terus antre. Tahun ini, dengan aplikasi dari Go-Tix, pembelian tiket menjadi lancar. Dampak positifnya, pelanggan bisa meraasakan kenyamanan. Transaksi bisa di mana saja. Dampak negatifnya, jumlah tenaga yang melayani pembelian menjadi turun. Di satu sisi, penggunaan teknologi meningkatkan pelayanan dan kemudahan. Di lain pihak peluang kerja menjadi terpangkas.

Revolusi industri 4.0 merupakan fenomena global yang secara pelan dan pasti telah menciptakan lanskap dunia kerja yang sangat berbeda. Jaringan penjualan berbasis online Amazon, misalnya, telah mengujicobakan pengiriman barang (di bawah 2 kg) dengan menggunakan drones. Untuk mengecek ketersediaan barang di gudang yang sangat besar, Wall Mart memanfaatkan drones yang akan memindai setiap bar codes, Dan mengirimkan hasilnya ke basis data. Pemindaian manual oleh tenaga manusia membutuhkan waktu minimal tiga hari kerja, dengan tingkat akurasi di bawah 90%. Dengan drones khusus, pekerjaan selesai dalam waktu tiga jam, dengan akurasi data 100%. Ada ribuan inovasi yang ditemukan, diterapkan, dan sekaligus menggusur tenaga manusia.

Tantangan
Ada begitu banyak kritik terhadap sistem dan pengelolaan pendidikan. Istilah Paulo Freire yang banyak dikutip adalah banking concept of education. Ini adalah metafora untuk menunjukkan bahwa pendidikan disederhanakan dalam penguasaan pengetahuan deklaratif.
Belajar dikatakan berhasil bila siswa mampu menguasai serangkaian pengetahuan yang dihafalkan.

Peter Tubman (2009) menyoroti model kepatuhan pada model tunggal. Analisis wacana kependidikan terhadap berbagai kebijakan pendidikan di Amerika mencerminkan fenomena kepatuhan tunggal macam ini, yang bisa dikatakan sama seperti di Indonesia. Tubman menemukan sejumlah persoalan kronis di Amerika, di antaranya: kekakuan birokrasi dalam bentuk ujian nasional, kekeliruan dalam menggunakan buku teks, kurikulum baku yang gagal tanggap zaman, dan kooptasi dunia bisnis dalam pengadaan buku teks dan soal-soal ujian.

Tantangan lain yang tidak kalah penting adalah keyakinan dasar di benak kita sendiri. Tidak sedikit dari generasi saat ini yang meyakini bahwa model pendidikan yang paling baik adalah yang saat ini sedang berlangsung. Belajar sama artinya menguasai serangkaian pengetahuan deklaratif. Belajar dikatakan berhasil bila siswa berhasil mendapatkan nilai yang tinggi. Sekalipun sistem ranking di kelas telah secara formal dihapuskan, tetap saja para orangtua membutuhkan informasi tentang posisi anaknya dibandingkan dengan anak-anak yang lain.

Teori personal mengenai konsep pendidikan macam itu sangat menentukan dalam membentuk sikap dasar terhadap belajar. Yang dinilai penting adalah pengukuran eksternal, bukan sesuatu yang secara pribadi memberikan kebermaknaan. Yang dikejar adalah pengakuan publik, bukan sesuatu yang secara internal mendewasakan. Belajar menjadi sekedar mengikuti apa yang dikatakan baik oleh orang lain, bukan sesuatu yang diolah di dalam hati.

Belajar dan Berimajinasi
Steve Wozniak, rekan kerja Steve Jobs, pendiri Apple Computer, adalah sosok penting di balik teknologi layar sentuh. Salah satu kesukaannya adalah membaca komik dan novel-novel sci-fi. Dari berbagai cerita yang dibacanya, juga kecintaan terhadap matematika dan elektronika, dia bercita-cita untuk menerjemahkan apa yang ditampilkan di kisah-kisah komik dan novel-novel tersebut ke dalam realitas.
Teknologi IPhone dan IPad adalah terobosan buah kerja keras Steve Wozniak bersama Steve Jobs. Hari ini, teknologi smartphone telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Wosniak bermimpi untuk mewujudkan apa yang diimajinasikan pada tahun 1950-an menjadi kenyataan pada hari ini.
85% pekerjaan baru dalam waktu 12 tahun ke depan menuntut tenaga kerja yang bisa berpikir dan berimajinasi. Kebiasaan belajar yang ditargetkan untuk menjawab pertanyaan guru atau soal-soal ujian saja tidak cukup. Revolusi industri 4.0 membuka peluang bagi mereka yang memiliki kebiasaan berpikir imajinatif, kreatif, dan eksploratif. Era millenial hari ini memaksa kita semua untuk meredefinisi konsep mendidik. Belajar dari para tokoh pembentuk zaman, kunci utama terletak pada literasi, atau keterampilan membaca dan memaknai pengalaman hidup. Seberapa mampu generasi kita mendampingi dan menemani generasi berikut untuk mengantisipasi tantangan zaman?

Senin, 03 Desember 2018

SILATURAHMI BUKAN SALAHTURAHMI

By: Agni Ardi Pratama
4 Desember 2018

Amsal 25:17
Janganlah kerap kali datang ke rumah sesamamu, supaya jangan ia bosan, lalu membencimu.

Shalom,
Dalam peribahasa Jawa ada berbunyi: witing tresno jalaran saka kulina (rasa cinta muncul karena terbiasa). Bukan soal urusan cinta antara manusia saja, tapi ruang aplikasinya bisa juga ke pendidikan, pekerjaan, atau adaptasi lingkungan yang baru dan sebagainya.

Maksudnya, sesuatu yang dirasa berat di awal akan menjadi lebih enak jika terbiasa dengannya. Misal, mandi di pagi hari. Bagi sebagian besar mahasiswa hal seperti ini berat, tetapi akan menjadi berkurang beratnya ketika setiap hari dilakukan. Perasaan terpaksa akan terkikis dari hari ke hari bahkan berubah jadi cinta dengan kegiatan itu.
Tetapi pendapat saya pribadi, peribahasa tersebut tidak sepenuhnya benar, walaupun benar juga. Sebagai contoh, nyatanya orang-orang Jakarta yang setiap hari menghadapi macet tetap mengeluh bahkan mengarah ke frustasi bukannya mencintai kemacetan. Simplenya, hasil dari 'sering' tidak pasti hasilnya baik.

Raja Sulaiman/Salomo, yang adalah raja Israel paling berhikmat yang pernah hidup di muka bumi, memberikan nasihat cara bergaul. Salah satu caranya adalah dengan tidak sering berkunjung ke rumah teman. Jadi, kalau kita aplikasikan peribahasa Jawa di atas dalam konteks ini, rasanya kurang pas. Bukannya kita semakin akrab dengan teman tetapi malah dibencinya kita.
Jadi, ukuran berkunjung yang cukup itu seperti apa?
Tidak dijelaskan lebih lanjut oleh raja Sulaiman. Kalau saya, seminggu sekali itu cukup. Kenapa? karena kebanyakan orang punya banyak kesibukan dalam 6 hari. Saat dalam hari sibuk, mereka butuh konsentrasi agar bisa mengerjakan tanggung jawabnya dengan baik.

Nah, sekarang ini jaman sosmed, kita sudah jarang ke rumah teman, cukup chat saja dengan mereka?

Chat juga jangan keseringan. Setiap kita butuh ruang untuk sendiri, seberapa pun menonjolnya temperamen ekstrover teman. Seberapa baik dan perhatiannya teman kita. Mereka butuh ruang pribadi bebas gangguan. Karena bisa jadi, mereka menanggapi chat kita karena tidak ingin dicap sombong, padahal yang sebenarnya dia sudah lelah dengan kita.
Tanda teman mulai bosan dengan kehadiran kita mudah sekali dideteksi, salah satu yang sering kentara adalah respon yang semakin kurang dari sebelumnya.

Mari kita terus belajar meningkatkan kualitas silaturahmi dengan teman agar jangan sampai berujung salahturahmi. Amin

Tuhan Yesus memberkati.

Senin, 19 November 2018

DAMPAK STRESS PADA HIPOTALAMUS

By: Agni Ardi Pratama
Mahasiswa Teologi-Konseling Kristen
UKRIM
Yogyakarta, 20 November 2018

Shalom,
    Manusia yang lahir di dunia umumnya pernah mengalami stress. Bahkan mungkin kita sendiri sering dibilang orang stress dan anehnya kita nggak terima dibilang begitu. Padahal dalam hati mengakui, kalau lebih dari itu hayoo...
   Jadi, apa itu stress?
Pendeknya adalah suatu keadaan tidak seimbang pada mental manusia, lebih banyak tegangnya, susahnya daripada santainya,senengnya.
Penyebabnya faktor eksternal. Misal, stress diputus pacar akibat ketahuan 'selingkuh dengan temen doi' duh... Stress beda dengan cemas. Kalau cemas disebabkan faktor internal. Misal, cemas kalau suatu saat pacarnya 'ditikung temen' akibat LDR-an, padahal itu belum atau tidak terjadi.
   Orang stress ada levelnya. Stress ringan, stress menengah, dan stress level berat. Salah satu cara mengetahuinya bisa dengan mengisi kuisioner tes Holmes.    
   Efek stress ada yang baik dan ada yang merusak. Dikatakan membangun jika stress itu tidak berkepanjangan dan membuat seseorang termotivasi untuk belajar menjadi lebih baik, lebih ikhlas, dan lebih mengandalkan Tuhan. Sebaliknya, yang merusak adalah stress berkepanjangan dan merusak, menurunkan fungsi otak secara permanen. Ginjal masih bisa dicangkok, tapi untuk saat ini pencangkokan otak maupun stem cell otak masih dalam tahap penelitian para ilmuwan medis. Repot sekali, kalau otak kita malfungsi permanen.
    Salah satu kerusakan otak akibat stress yaitu rusaknya bagian otak yang bernama Hipotalamus. Begini penjelasan dari Dr. Frank B. Minirt:
  ''Hipotalamus mengendalikan sistem saraf otonomik yang mempengaruhi banyak organ tubuh, berbagai otot lembut, dan tanggapan viskeral terhadap stress. Karena stress, seseorang siap untuk maju atau lari ketika organ-organ tubuh dan hormonnya dipengaruhi oleh sistem saraf otonomik yang diatur oleh hipotalamus. Sistem saraf otonomik juga mempengaruhi gairah seksual dan orgasme. Pendeknya, hipotalamus mempunyai banyak fungsi yang terpengaruh ketika orang mengalami stress:
- Detak jantung.
- Pencernaan.
- Pengendalian kencing.
- Persepsi sensor.
- Sistem endokrin.
- Gangguan psikomotorik.
- Amarah.
- Seks.
- Agresi.
- Suhu tubuh.
- Kebiasaan makan.
- Rasa haus.
- Kesadaran.
- Pola tidur.
- Ritme-ritme biologis.

Stress yang terus-menerus dapat mengakibatkan berbagai abnormalitas permanen pada fungsi tubuh yang sering diistilahkan sebagai gangguan psikosomatik(jasmani sakit akibat mental sakit/tidak seimbang).''

Bagaimana Saudara, masih ingin menjalin hubungan romantis dengan stress? Memilih Move on dari stress atau punya otak tapi rusak permanen?  :)

Tuhan Yesus memberkati.